Bocor!

|
Judul post kali ini adalah bocor. Mungkin banyak yang bingung dengan judul yang kurang spesifik ini. Apanya yang bocor? Ban sepeda? Ban motor? Ban mobil? Sebenarnya tulisan ini bukan tentang kendaraan, makanan, atau tumbuh2an, tapi tentang satu kenangan indah sekaligus menyakitkan saat saya kuliah dulu. Lantas, kenapa saya memilih judul bocor? Ah, kok jadi membahas judulnya, yang penting kan isinya. Pokoknya, dibaca saja ya... :)

Dulu waktu saya masih kuliah, dimana status menjadi anak kost masih melekat erat di jiwa. Saya sangat membenci yang namanya hujan. Rasa benci saya dengan hujan bermula saat atap kamar saya bocor tanpa sebab yang jelas. Otomatis, jika hujan datang saya harus berusaha keras bagaimana agar air tidak membasahi kamar. Jika tanda2 hujan sudah terlihat, saya sudah siaga dengan senjata perang (ember dan sodara2nya) untuk melawan serangan hujan. Langkah pertama yang saya lakukan adalah memindahkan TV ke kamar tetangga sebelah. Kebetulan posisi TV pas dibawah daerah yang bocor. Selanjutnya, saya harus memindahkan kasur, bantal beserta keluarga besarnya ke tempat yang lebih aman (tentunya ke kamar sebelah nya lagi). Karpet juga harus digulung agar tidak basah. Setelah seluruh kamar tampak nyaris kosong seperti orang yang mau pindahan, barulah ember dan sodara2nya tadi ditaruh di daerah2 yang bocor. Pertama dulu cuma ada 2 titik bocor, namun seiring berjalannya waktu, bocornya bertambah hingga mencapai 7 titik. Dan saya terpaksa menyediakan ember lebih banyak dengan meminjam ember tetangga.

Saat hujan sudah reda, cobaan berikutnya adalah mengepel kamar, saya tekankan sekali lagi: MENGEPEL KAMAR, satu2nya pekerjaan yang konon sangat tabu untuk dilakukan oleh anak2 kost cowok pada umumnya. Please deh: NGEPEL gitu loh! Dengan rasa antusias yang sangat tinggi alias kesal, saya pun mengepel kamar yang sudah digenangi air. Setelah lantai kering, saatnya pekerjaan tabu yang kedua: MENYAPU KAMAR! Aaaaakkhh... saya serasa jadi anak kost cewek saja. Tapi mau tak mau, saya tetap harus melaksanakannya (tentu dengan rasa antusias yang tinggi juga). Setelah bersih semua, barulah mengembalikan perabotan kamar yang tadinya di ungsikan ke kamar sebelah. Trima kasih buat Bedu dan Adul (nama samaran, red) yang telah sudi menampung barang2 saya selama saya berperang. Fiuhhh... lega rasanya melihat kamar kembali normal setelah sebelumnya di porak porandakan hujan. Bahkan, seringkali sesaat setelah kamar di bereskan, hujan itu kembali menyerang tanpa belas kasihan! Huuaahahaahaa.... *stress sampe gila*

Kejadian mengenaskan ini terjadi kurang lebih 2 semester sebelum akhirnya saya wisuda. Waktu yang cukup lama untuk bertahan dengan kehidupan seperti itu. Jika ada yang bertanya mengapa saya tidak mencoba memperbaiki atap yang bocor, inilah jawabannya:
1. Dengan selalu mengepel dan membersihkan kamar seperti itu, kamar saya berhasil dinobatkan sebagai kamar kost paling kinclong sejagat raya. Bagaimana tidak, saya membersihkan nya hampir setiap 4 kali seminggu, bahkan bisa lebih jika musim hujan :P
2. Pekerjaan menjengkelkan ini saya jadikan sebagai olah raga yang menyehatkan, karena saya adalah salah satu manusia yang paling malas berolah raga.
3. Saya jadi bisa merasakan penderitaan saudara2 kita yang tinggal di daerah rawan banjir, yang harus selalu siap mengungsi jika banjir datang ;)